MAHARANI
brukk....
brakkk....
brukkk....
Rani berlari sekuat kakinya,
nafasnya terengah peluh bercucuran baju sekolahnya sudah basah oleh keringat dan juga berdebu karena tadi Rani sempat terjerembab saat kakinya tersandung ketika berusaha lari dengan cepat menghindari sesuatu itu...
sambil berlari Rani masih sempat untuk menoleh ke belakang memastikan apapun yang mengejarnya dapat dengan segera kehilangan jejaknya,
namun Rani masih melihatnya, sesuatu yang bergerak sangat besar dan sangat cepat seolah hendak mencabik dirinya, merenggut perasaannya, merobek baju sekolahnya, menarik tas slempang berisi buku buku pelajaran yang tebal dan pastinya berat dan bahkan mungkin menghabisi nyawanya....
Rani ketakutan....
segera mempercepat larinya menerobos lorong lorong gelap dan kumuh di pinggiran kota Lembang Sari, menerjang semak belukar rimbun, melompat beberapa pagar rendah terbuat dari bambu yang melintang di taman kecil deket sungai yang berhulu di muara laut utara,
Rani hampir kehabisan tenaga, seolah tangan yang tak kelihatan ini mulai mendekatinya, menyentuhnya dan kemudian mencengkram leher dan hendak mencekiknya, atau sudah mencekiknya karena Rani merasakan lehernya sudah tercekik sehingga nafasnya teramat sesak... tapi Rani pantang menyerah berlari dan terus berlari....
seinget Rani dirinya selalu berlari setiap sabtu dan minggu pagi, lalu latihan fisik, dan di lanjutkan dengan bermain volley sampai menghabiskan waktu berjam jam, Rani yakin fisiknya kuat, dan kemampuan larinya pun hebat, makanya di sekolah Rani di tunjuk oleh guru olahraga untuk menjadi team kapten volley putri dan tak pernah mengecewakan sekolah dan selalu membuat bangga teman teman team, teman kelas bahkan team lawan pun mengakui kehebatan Rani, teamnya selalu mendapatkan juara baik antar sekolah antar regu dan bahkan belum lama ini Rani membawa teamnya untuk memboyong piala wali kota Lembang Sari ke sekolahnya.
Rani masih berlari dengan cepat dia yakin apapun itu yang mengejarnya tidak akan dapat menyusulnya.
setelah yakin tidak ada lagi yang mengejarnya Rani pun memutuskan untuk menghentikan larinya, mencari tempat yang aman, di sekelilingnya adalah tempat yang terbuka sebuah taman, dan banyak sekali orang orang di sekitarnya, Rani bernafas lega, matanya mencari cari tempat yang enak untuk beristrahat setelah tadi berlari lari menghindari sesuatu,
namun belum lama beristrahat, tiba tiba Rani mendengar suara itu...
brukkk...
braakk....
bruukkk...
berulang ulang dan berulang
terdengar di telinga Rani yang setengah terlelap, antara tidur dan bangun mungkin setengah halu juga...
kelopak mata Rani yang tadi setengah terbuka perlahan menutup lagi,
sayup terdengar...
kemudiaan dekaat....
sayup sayup lagi...
kemudian suara itu semakin dekat dan dekat dan akhirnya baru di sadari setelah Rani membuka mata,,
tadinya hanya samar saja namun sekarang jelas terlihat piko adik bungsunya yang masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar tampak sedang memainkan laci meja belajar Maharani dengan cara di buka kemudian di tutup dengan keras di buka lagi dan kemudian di tutup lagi....
berulang dan berulang....
Rani berfikir cepat, dengan tubuh masih merebah matanya berputar melihat sekelilingnya, ternyata dia berada dalam kamarnya terlentang di kasurnya sendiri, masih memakai seragam SMA-nya baru di sadari bahwa ternyata aksi kejar kejaran dan pelarian barusan adalah hanya mimpi,
mimpi di siang bolong,
Rani masih melihat piko memainkan laci meja belajarnya, kemudian sifat jahilnya timbul hendak membuat kaget adik bungsunya ....
dan benar saja.... Rani berteriak keras sekali
mamaahhh....
lengkingan 3 oktaf Maharani memanggil mamahnya terdengar melengking sampai ke lantai 1 di ruang dapur...
sementara di lihat oleh Maharani si piko dengan tamopang kaget yang menggemaskan segera beringsut turun dari kursi meja belajar dan kemudian berlari gesit ke arah pintu,
dan sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu kamar yang terbuka kepala piko masih sempat mempalingkan wajahnya ke arah Maharani yang sedang mengawasi adeknya itu dan kemudian si piko dengan segera menjulurkan lidahnya disertai ludah yang tersembur dari mulut mungilnya.
mamaaahhh...
lengkingan Maharani kembali terdengar lebih keras dan lebih kuat dari sebelumnya.
dan akhirnya 2 menit kemudian sesosok tubuh melongok dari pintu kamar Maharani,
sosok mamahnya sedang menggendong si piko kecil.
apaa si kakak sayang,, selalu saja berteriak maghrib maghrib begini...
seru mamahnya masih melongok dari pintu kamar....
sipiko tuh mainin laci trus pasti ngeluarin isinya dan sekarang berantakan kan tuh...
Maharani menunjuk kelaci dan lantai di bawah kursi, tampak berbagai macam buku buku alat tulis dan lainlainya tampak berserakan....
mamahnya melangkah masuk ke kamar Maharani dan melihat hasil kerjaan si piko sambil tersenyum simpul, kemudian duduk di tepi ranjang menepuk nepuk kaki Maharani....
Maharani bangkit dan memperlihatkan muka cemberutnya dengan cara menampilkan pipi bakpaunya sementara bibirnya monyong hampir lima senti...
mamahnya tersenyum melihat kelakuan puteri tunggalnya.
lagiyan si kamu kak pulang sekolah langsung tidur lihat masih pake seragam sekolah, masih pake kaos kaki, tas juga tidak kamu rapihkan, mau maghrib baru bangun...
sudah sana mandi sholat maghrib trus siap siap turun buat makan
dan harusnya kakak itu terimakasih karena piko dengan sukarela udah bangunin kaamu....
sambil masih merengut Maharani bergerak cepat...
iyaah iyaah makasih piko sayaang tapi jelek..
Maharani menyambar handuk dan melangkah keluar menuju kamar mandi
sambil berkata itu tangannya dengan jahil menjembel pipi si piko..
kontan saja piko menjerit kesakitan dan berganti latihan vocal cempreng di telinga mamahnya, membuat untuk sementara jantung mamahnya berhenti
ehh malah gantian meledek si piko sih kamu kak.... seru mamah sambil menyusul Rani yang sudah menghilang di balik pintu kamar.
hari berikutnya Rani pagi pagi sudah dibuat sibuk oleh teman sekelasnya, apalagi kalau bukan mencontek pekerjaan rumah yang pasti tidak di kerjakan oleh teman teman Rani di rumahnya, dan pekerjaan rumah menjadi pekerjaan sekolah.
dari semalam Rani sudah menerima puluhan chat whatsapp dari mereka sehubungan pekerjaan rumah yang di tugaskan oleh ibu Lia guru matematika Rani di kelas XI.
memang Rani adalah masuk golongan tipe siswa berprestasi bukan hanya prestasi dalam bidang olahraga khususnya Volley tapi juga di bidang akademisi Ranipun seolah di boyong semua prestasi itu, dari juara kelas sampai juara matematika di kota Lembang Sari pun di raihnya dengan mudah tanpa kendala berarti.
hari itu anak anak berkumpul di mejanya, sibuk mengerjakan nomor demi nomor sesuai dengan operasi bilangannya. ada juga yang baru datang buru buru segera bergabung sambil pasang muka memelas memohon agar di beri ruang untuk mengisi jawaban, betapa tidak karena pelajaran matematika adalah jam pertama hari itu di kelas XI. dan akhirnya saat yang di takutkan teman teman Rani adalah bunyi bel panjang menandakan jam pertama hari itu di mulai. dan bunyi itu juga yang membuat meja Rani dengan serentak menjadi bersih tanpa ada yang lagi menyontek pekerjaan rumah matematika meninggalkan buku Rani yang agak kusut bekas di geser geser di dorong dorong teman teman Rani.
dan ajaibnya Rani hanya tersenyum saja, sebetulnya hari itu Rani tidak begitu bersemangat menjalani aktivitasnya, karena ada sesuatu yang menjadi pemikiran Rani itu, dia masih memikirkan arti mimpinya kemarin siang, bagaimana dia meloloskan diri dari sesuatu yang mengejarnya.
sesuatu yang mungkin tidak lebih dari bayangan bayangan gelap yang tidak di ketahui oleh Rani menjadi tanya apakah itu. selama hidup Rani tidak ingat kapan dia bermimpi semenakutkan itu. di kejar sesuatu yang Rani tidak tau itu apa.
Rani bukanlah tipe penakut, dia adalah tipe orang yang berfikir secara logis dan rasional khasnya orang orang dengan pribadi perfeksionis, kadang hal hal kecil pun pemikiran Rani selalu sistematis untuk memecahkan persoalan demi prsoalan atau mungkin juga setiap detail kecil Rani selalu berdiskusi sendiri dalam penyelesaiannya. bahkan jika tidak ada persoalan atau hal yang di pikirkan maka Rani akan menelaah dengan kemampuan otaknya untuk mencari pemecahan dari setiap hal detail di sekitarnya,
dia masih memikirkan mimpi itu coba menguraikan apa arti, penyebab dan siapa atau apa yang tengah mengintainya.
.