JIHAN
Jihan
tertunduk lesu di pinggir ranjang, wajahnya kusut rambut acak acakan, matanya
sayu, tangan kirinya diangkat lalu menggunakannya untuk mengucak ucak kedua
matanya....
Huffttt....
Diangkat
kedua tangan di satukan jemari kuat kuat di atas kepalanya sampe bunyi
kletek...
Hoaammzzz...
Jihan
menguap lebar lebar tak kuasa menahan kantuk yang kembali menyerang, tubuhnya
hampir rebah dan matanya hampir menutup ketika kembali pintu kamarnya di gedor
dengan keras disertai lengkingan suara tinggi khas emaknya...
Jihaaannn....
maghrib cepetan mandi....
Iyaaa
maaakkk...
Jihan
membalas reflek tak kalah melengking.. sudut matanya menangkap sinar matahari
yang merambat masuk melalui jendela kamarnya memang sudah mulai redup pertanda malam akan segera datang, dan sayup
sayup terdengar merdu bacaan tarhim...
Di
raihnya pegangan pintu sekaligus membuka gerendel aroma masakan seketika
menyapa hidungnya, kamarnya memang terletak di bagian belakang rumah sebelahan
dengan dapur dan kamar mandi sehingga apapun yang di masak emaknya pasti akan
dapat segera di endusnya.
Malam
kian larut, menyisakan sedikit kehangatan hangat mentari yang tadi siang begitu
terik mendekap bumi, berganti dengan keadaan dingin yang sudah mulai menyapa,
orang orang sudah lama berbaring di pembaringan hangatnya, suara jangkrik dan
binatang malam melengkapi suasana larut yang semakin terasa.
Jihan
masih berada di meja belajarnya, dari tadi duduk belum satupun PR dari sekolah
yang berhasil di kerjakannya. Banyak lamunan yang berkutat berputar di kepala
jihan saat ini, menimbulkan garis garis jelas di dahi dan sekitar matanya.
Sudah di coba untuk merebahkan badan namun semakin di pejamkan matanya, semakin
menghilang rasa kantuknya..
Persoalannya
adalah siang tadi.
Kejadian
yang paling tidak mengenakan dalam hidupnya.
Sepanjang
ingatannya baru kali ini jihan menemui persoalan yang begitu rumit dan pelik,
berat dan terasa membebani pikirannya...
Bu
siti kepala sekolahnya memanggilnya ke ruang kepala sekolah ada juga pak
suhendra sebagai walasnya serta dua orang berseragam lengkap yang dari
pakaiannya sudah terlihat bahwa mereka adalah anggota kepolisian.
Mereka
bertanya mengenai sesuatu yang bahkan jihan tidak tau itu apa.
Anggota
kepolisian menanyakan nur teman sebangkunya bahwa nur menjadi kurir narkoba, dan
saat nur di tangkap oleh anggota kepolisian dan mereka memberitahukan bahwa nur
sekarang berstatus tersangka dan sudah mendekam di sel polsek kota lembang
sari, nur bercerita bahwa teman sebangkunya yang bernama jihan itu menampung
hasil jualan narkoba.
Jihan
kaget setengah mati.. mukanya pucat tubuhnya gemetaran pikirannya kalut, dengan
pengakuan nur itu, maka sebab itu jihan dipanggil ke ruang kepala sekolah di
dampinhi oleh walasnya. Untuk mempertanyakan berita itu.
Jihan
sempat di bawa ke kantor polisi di hadapkan kepada kepala satuan narkoba,
mungkin lebih tepatnya jihan bwrada di ruang intwrogasi. Ditanya nama, umur,
kelas berapa, alamat dimana sampai di mintai keterangan tentang keterlibatan
jihan terhadap kasus nur itu.
Betapa
tidak kekagetan jihan itu adalah serangkaian cerita panjang nur selama ini,
setau jihan nur berbisnis kecil kecilan yaitu menjual produk kecantikan, waktu
itu jihan pun bwrminat ingin seperti nur unyuk ikut berjualan produk kecantikan
yang di tawarkan nur.
namun
nur selalu berdalih, bahwa dia bilang belum ada lowongan. Tapi kalo kamu mau,
hasil dari penjualan produk kecantikan itu nur mau jihan yang menyimpannya,
memasukan kedalam rekeningnya segala macam transaksi keuangan yang melibatkan
produk kecantikan nur, jihan lah yang mencatat, menyalinnya ke dalam sebuah
buku besar. Waktu itu di tanyakan oleh polisi itu mana buku catatan laporan
keuangan, dan jihan kebetulan selalu membawanya di tas ransel bersama buku buku
pelajaran.
Polisi
meneliti dengan seksamaaporan keuangan itu melihat dengan detail berbagai macam
transaksi keuangan lengkap dengan bukti struk yang selalu di rapihkan oleh
jihan setiap ada transaksi yang ada.
Memang
nilainya sangat besar untuk setiap transaksi keuangan hanya dengan sepaket
produk kecantikan yang selalu nur jual.
Tapi
memang produk kecantikan yang di jual.nur itu bermerk terkenal berakala
internasional. Namun siapa sangka kalo di dalam paket paket produk kecantikan
itu di sanalah nur menjual narkoba. Paket proudk kecantikan itu berisikan atau
disisipikan narkoba yang di bungkus rapi, dalam paket paket itu.
Polisi
tetap menginterogasi jihan walaupun alhirnya polisi mengambil kesimpulan bahwa
jihan tidak terlibat dalam penjualan narkoba. Dan memulangkan jihan dengan
pesan agar siap jika nanti ada sidang pengadilan yang mengakibatkan jihan harus
hadir di persidangan sebagai saksi.
Jihan
menarik nafas berat... membayangkan kemungkinan teeburuk yang akan di alami
oleh sahabtnya nur. Nur tidak pernah cerita tentang produk kecantikan itu
disisipi oleh narkoba. Jika tau seperti itu kenyataannya paati jihan akan
menolak dan menjauh dari hal ini.
Namun
semua sudah kasif, sekarang tinggal menanti jalannya sidang. Dan kemungkinan
nur akan di penjara lama karena paati.mendapatkan vonis yang panjang...
Bagaiaman
dengan sekolah Nur nantinya. Jihan buntu, tidak bisa berfikir lagi yang
akhirnya membawa jihan terlelap tertelungkup di atas meja belajarnya...
Jihan
kaget ketika suara keras sekali hampir memporak porandakan gendang telinganya.
Suara seperti lonceng yg di bunyikan berulang ulang... matanya yang tadi
terpejam tampak terbuka lebar, ketika satu tangan dengan kuat menarik tubuhnya
dari sudut ruangan kotor, lembab dingin dilihatnya seorang wanita bertampang
galak berseragam polisi menyeringai ke arahnya,
"....
bangun, teriak wanita itu lantang.... yang membuat jihan segera beringsut
bangun...
"....
jalan, wanita itu kembali berteriak, memaksa jihan berjalan perlahan ke arah
pintu berjeruji besi, melangkah keluar terseok seok, didorong dengan kasar oleh
polisi wanita itu...
"
.... masuk serunya lagi,
Dilihatnya
sebuah ruang yang di kenalnya sebagai ruang interogasi berkesan suram
berdinding tak kalah lembab dengan ruangan sebelumnya.
"....
duduk, tunjuk polisi sambil mengarahkan telunjuknya di sebuah bangku kosong di
sebrang mejanya, polisi itu di kenalnya sebagai polisi yang kemarin
menginteroigasi jihan. Wajah polisi itu sangat tegas, rahangnya besar dengan
dagu di hiasi jenggot, sementara di atas bibirnya yang tipis tampak kumis yang
tidak tercukur rapi menambah wajahnya makin menyeramkan saja.
Jihan
menurut, duduk di kursi yanh di tunjuk polisi itu.
Keheningan
menggantung,
Polisi
itu tampak hanya terdiam sambil memandang jihan dengan galak.
Di
liriknya polisi wanita itu masih di sana berdiri di depan pintu yang tertutup.
Ketegangan yang semakin memuncak, keringat dingin perlahan mengalir dari tubuh
jihan, membasahi telapak tangannya, entah kenapa tangannya mendadak terasa
dingin, nafasnya terasa sesak, walaupun jihan sudah berusaha menarik nafas itu,
namun tak urung tersengal sengal juga, keadaan itu memaksa jihan untuk
mengeluh, matanya mengitari seluruh ruangan seprti seorang tukang yang mengira
ngira harus di gimanakan ruang seperti itu, haruskah di cat warna terang dan
ceria atau warna biru langit seepeti warna biru telur asin, jihan ingat telur
asin membuat perutnya keruyukan, lidahnya di sapukan menjilat bibirnya, secara
otomatis air liurnya menggelegak dan mengalir berusaha dengan keras membasahi
kekerongkongannya. Jihan lupa sudah berapa lama dia tidak mengisi perutnya
untuk makan dan tidak minum, jihan ingat harum masakan ibunya, jihan ingat
harum makanan kafe langganannya, dimana dia sering menghabiskan waktu bersama
nur sahabatnya... oh iya dimana nur saat ini, apakah dia sedang tidur di sel
kepolisian ataukah sedang di buli oleh rekan rekan sesama narapidana... jihan
tak mampu berfikir cepat, kepalanya berkunang kunang jika dia memaksakan
berfikir keras,,
"...
kami menemukan bukti baru.... keheningan yang menggantung selama ini di
pecahkan oleh suara berat dan serak polisi di depannya.
"....
kami menemukan bukti yang memberatkan anda jihan.... ulang polisi yang duduk di
depan jihan dengan suara beratnya...
Jihan
melihat polisi itu, tak mengucapkan sepatah katapun, dia memaksa memandang
wajah polisi itu, dengan cermat seolah olah jihan sedang meneliti sebagai
seorang perias wajah atau mungkin seorang tukang pangkas rambut, yang hendak
memoles rambut polisi itu, mencukur licin kumis dan jenggotnya yang tumbuh
lebat, dan mengolesnya dengan serum wajah dan toner. Jihan tersenyum
membayangkan hal itu... namun justru senyumnya yang membuat polisi tadi berdiri
sambil menggebrak meja...
"...
saudari jihan kenapa anda tersenyum, anda meremehkan bukti kami... bukti ini
jelas jelas memberatkan anda sebagai seorang pengedar narkoba dengan skala
internasional, anda adalah orang yang kami cari selama ini, yang kami tidak
menyangka bahwa orang yang kami cari selama ini adalah seorang pelajar SMA anda
teenyata menipu kami dengan keterangan keterangan palsu anda, taukah anda bahwa
hal ini membuat kerja kami sebagai seorang polisi satuan narkotika di kota ini
menjadi terkesan lamban anda membuat sàtuan ini seperti orang bodoh, lihat
bukti foto ini baik baik....
Polisi
itu mengeluarkan foto foto dari sebuah amplop coklat yang sedari tadi berada di
atas meja,
Dalam foto itu terlihat dengan jelas jihan sedang memasukan serbuk putih di dalam plastik kecil kemudian di foto foto berikut tampak jihan sedang mempakingnya dengan paket produk kecantikan,
dan sementara di foto lain tampak jihan sedang berbicara
dengan seorang wanita.
Dan
wanita itu ternyata polisi wanita yang sekarang berdiri di belakangnya....
No comments:
Post a Comment