Wednesday, March 1, 2023

SISA RASA

 SISA RASA

gambar dari google

Debur ombak memecah di pantai, membawa riak riak putih berserakan menebar sedemikian rupa seolah di tata oleh tangan tangan terampil yang tak terlihat, bersusun susun bergerombol meninggalkan buih sampai sejauh mata memandang, jeritan camar mengiringi hembusan angin sejuk membisikan nada alam menceritakan kisah indah, melukis dengan rapi menyajikan gambaran kehidupan yang telah berlangsung jutaan abad lamanya.

Sementara itu di ujung garis langit yang mulai redup oleh cahyanya dan kemudian pudar oleh bayangan kelabu sang raja malam, dibalik gugusan karang terlindung oleh beberapa bakau terlihat samar sesosok tubuh lelaki duduk dipasir pantai sambil memeluk lututnya, dia membiarkan buih buih air menghampiri menyapa kedua kaki telanjangnya, celana jeans kumalnya digulung hingga sebatas lutut untuk menghindari buih buih air yang di hantarkan peelahan oleh ombak laut, walaupun sesekali buih air mencapai pasir yang didudukinya namun seolah dia tak terasa atau mungkin lebih membiarkan air itu membasahi pantatnya, dari keadaan duduknya yang sudah membentuk cekungan dalam mungkin dia sudah duduk berjam jam lamanya disana. Entah menikmati udara senja ataukah menunggu sesuatu yang sedang di nantinya.

gambar dari google

Kaosnya berwarna coklat juga tak kalah dekil dengan keadaan pakaian bagian bawahnya namun dia tak menghiraukan keadaan dirinya, terkadang ada hembusan nafas berat keluar dari hidungnya, kadang juga dia menghisap udara dengan panjang dari hidungnya seperti hendak mengisi penuh paru paru dengan oksigen.

Wajahnya maasih muda kulit mukanya berwarna coklat bersih, matanya tajam di hiasi sepasang alis tebal hidungnya biasa dengan bibir tipis yang jika tersenyum maka terlihat seperti garis saja. Dahinya tinggi rahangnya kokoh khas wajah wajah pribumi indonesia. Rambutnya hitam agak ikal di ujungnya terlihat melambai di belai belaip angin senja.

Kembali dia menarik nafas panjang dan menghembuskan setelahnya, matanya memandang jauh ketengah lautan, sesekali menyipit ketika fokusnya memaksa untuk lebih detail menerka apa yang ditangkap oleh retina matanya.

Husen itu namanya, dia sedang menunggu sesuatu atau tepatnya seseorang, yang telah membuat hatinya gundah gulana, mungkin seseorang itu adalah separuh dari jiwanya yang sudah lebih dari dua purnama pergi begitu saja di pantai ini.

Terakhir husen melihatnya adalah sekitar dua purnama lalu seseorang itu bernama malika, tersenyum tipis menggenggam erat jemari tangan husen, dia meyakinkan lelaki itu agar menunggunya disini di tempat dimana sekarang husen duduk, membawa lagi separuh hatinya agar gundahnya bisa terobati, agar rindunya terbayar oleh penantian panjang kekasih hati.

gambar dari google

"....Doakan aku selalu bisik malika ketika itu tanpa melepaskan tatapan mata, berjanjilah menungguku disini, aku tak akan pergi kemana mana, aku selalu ada dalam hatimu, aku akan menjaga cahya kasihku a, tak akan kubiarkan redup walau hanya sedetik saja, yakinlah kita akan berjumpa dengan cinta yang lebih dari ini, lihatlah laut dibawah kitai, disaksikan jutaan pasir pantai, di bawah bisikan angin tropis, di naungi langit tinggi disana berjanjilah akan sehidup semati, hati ini milikmu, rindu ini hanya untukmu, kasih ku tulus, cinta yang ku kenal tanpa noda yakinlah bahwa kau akan setia menungguku menanti cinta kita mewujudkan mimpi yang akan menjadi nyata, aku yakin kita bisa melalui semua rintangan yang ada ingatlah badai lautan tak akan goyahkan jiwa dan raga berjanjilah selalu bersama menjaga kisah kasih biru dalam seperti samudera, yakinlah bahwa tiada perjuangan yang sia sia, perasaan bahagia bukan dari mana mana, tapi dari diri kita, pilihan hanya dua mau atau tidak untuk meraih bahagia karena dengan bahagia pasti akan dapat menghapus air mata, menyingkirkan duka nespata mendatangkan nikmat tak terhingga mencairkan suasana menghidupkan rasa, menghilangkan penat, menyembuhkan luka dan banyak sejuta kebaikan didalamnya, tatap mataku tanya hatimu adakah keraguan, larikah dari kenyataan, tak percayakah akan takdir yang telah di gariskan, sadarkah dengan apa yang kau lakukan, sucikah hatimu dalam menentukan keputusan, belajarlah kau dari keadaan, sepait apapun jelaga yang tertelan jangan biarkan pengaruhi jiwamu, hatimu, batinmu, ingatlah ada aku yang selalu menjaga cinta ini, semurni pertama kali kau labuhkan di dermaga sanubari, tetap rasa ini tak akan terganti...

gambar dari google

Tetaplah seperti seharusnya, sesak sudah biasa perpisahan bukan berarti tak akan ada pertemuan, ingat denganku, cita cita begitu tinggi menyempurnakan naluri membuang ilusi hangatkan nurani, tunjukan pada dunia yang menganggap kita biasa, buang jauh syak prasangka tetaplah di jalur yang disusun sedemikian rupa menyesuaikan cerita alur kisah bermuara bahagia.

"....Aku masih ingat malika semakin lirih bisikannya memaksa husen harus mendekatkan telinganya di bibir malika, ketika kau bercerita tentang siang yang digantikan malam dengan segala prosesnya, tapi bukankah setelah malam sampai di ujungnya akan ada hari esok yang lebih ceria dengan awal tetesan embun pertama, dari hangatnya kokok ayam menyapa yang menghantarkan kita pada hiruk pikuk urusan dunia.....?

Aku masih ingat kau bercerita sambil tertawa,.aku tak akan melupakan hari itu, hari dimana kau letakkan percayamu di diriku, hari ketika kau merubah pandangan hidupku kepada cerita cinta...

Di penuhi tugass tugass dan menutup rapatt rapatt kehidupanku dari dunia yang penuh angkara murka dan kejam meraja, kau datang bagaikan pangeran tanpa kuda menjawab doa doaku, aku bingung dengan yang terjadi hari itu ,haruskah tertawa bahagia ataulah harus menangis berulanh di peluk doa, aku mengakui dan meyakini kau adalah pangeran yang dikirimkan Tuhan semesta alam padaku, mengisi hari hariku calon imamku yang membimbingku menuju bahagia.

Di saat itu aku menaruh harapan besar kepadamu untuk bersama saling menjaga menggenggam erat jemariku, meniti tangga demi tangga, proses demi proses, jembatan demi jembatan menuju surga....

Masih terngiang suara malika di telinga husen, merdu lembut dan ceria...

Tak terasa ada bulir bulir bening menetes dari pipi husen saat itu, dan juga saat ini, ketika husen tak kuasa menahan sesengguknya maka dia membenamkan wajahnya diantara dua lututnya, bahunya terguncang beberapa lama kedua tanganya semakin erat memeluk  kedua kakinya, bahunya terlihat berguncang hebat,

 betapa tidak malika yang di harapkannya kembali diperaduan hatinya telah hilang nyawanya tertelan diseret ombak dua purnama lalu... di pantai ini, husen berteriak sekencangnya waktu itu memeluk erat tubuh dingin dan kaku malika, menghantarkan malika ketempat peraduannya tertidur entah berapa lama,,

 

 


oleh hermawan yulianto


No comments:

Post a Comment

Contoh surat pemberitahuan PTS

 Contoh surat pemberitahuan PTS مؤسسة الّتربية السلامية روضة العلوم                      YAYASAN RAUDLATUL ‘ULUM GUHA                   ...